Kamis, 13 Maret 2014

PROYEK PEMBELAJARAN SEJARAH

Proyek pembelajaran ini bertujuan untuk menciptakan kekreatifitasan peserta didik supaya pembelajaran lebih menarik.
Berikut adalah contoh foto papercraft yang nanti akan kita buat.

Bentuk :
- Lokomotif
- Tempat simpan batubara
- Gerbong jumlah 2 (Maaf yang difoto hanya ada 1)
REPLIKA KERETA API

LOKOMOTIF

GERBONG

Untuk pola dan lain sebagainya silahkan download dibawah ini :

               atau

1. Download salah satu link diatas
2. Cari hasil downloadnya lalu
3. Ekstract folder yang sudah didownload tadi dengan cara Klik kanan hasil download lalu pilih "Ekstrakct Here"
4. buka folder yang sudah di ekstract tadi
5. ikuti petunjuk yang sudah tersedia di folder tersebut
6. cetak dan bawa untuk sama-sama kita rangkai

SELAMAT BERKARYA

Senin, 22 April 2013

"BERMIMPI" atau "BERVISI ?

“Setiap manusia yang masih bernyawa pasti punya mimpi”

Saya fikir hampir semua orang bersepakat dengan tulisan diatas. Sehingga tidak ada boleh ada satu pun manusia yang melarang orang itu bermimpi. Setiap orang bebas memimpikan apapun yang dia suka atau yang dia inginkan. Hanya dari sebuah mimpi, banyak penemuan-penemuan yang awalnya tidak dapat dan mustahil, berakhir dengan kenyataan. Contoh saja dengan terciptanya kapal terbang, dahulu orang menertawakan orang-orang yang bermimpi bisa terbang, namun pada akhirnya hal yang ditertawakan justru menjadi kenyataan. Dahulu, para pejuang kita bermimpi Indonesia merdeka, dan sekarang kita dapat menikmati kemerdekaan itu. Jadi, salahkah kita bermimpi?

Banyak orang yang berhasil mewujudkan mimpinya, namun banyak pula yang tidak mendapatkan mimpinya. Dalam tulisan saya ini saya ingin sekali mencoba mencari kunci mengapa ada yang berhasil dan tidak berhasil. Saya mencoba mendekatkan kajian ini dari sudut pandang baik dari permainan kata, sebab ternyata “kata-kata” kita adalah yang membuat kita, mungkin itulah kenapa ada istilah “kata-kata itu adalah doa”.

Etimologi Mimpi

Kita sering mendekatkan “mimpi” dengan “tidur”, dan itu tidak sepenuhnya salah, sebab apabila kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memang arti dari mimpi adalah 1 sesuatu yg terlihat atau dialami dl tidur; 2 ki angan-angan;. Namun kita dapat melihat arti kedua dari mimpi adalah angan-angan.

Tetapi apabila kita membaca KBBI untuk istilah “bermimpi” ternyata yang tertulis adalah ; 2 berkhayal; berangan yg bukan-bukan;. Memang ketika kita bermimpi, mimpi itu hanya anganan saja, kita tidak dapat merasakan hal nyata ketika kita bermimpi, itulah yang menyebabkan “berangan yang bukan-bukan”. Nah disinilah kita akan berupaya untuk mengubah dari yang “berangan yang bukan-bukan”, menjadi “kejadian yang sangat nyata”. Bearti kita akan berbicara proses.

JADIKAN MIMPI MENJADI VISI

Tidak sedikit orang yang hanya berhenti dimimpi, ini mungkin yang menyebabkan mengapa banyak orang yang tidak dapat mewujudkan “mimpi”-nya. Alasan berhenti “dimimpi” karena tidak percaya dan pesimis akan terwujudnya mimpi menjadi kenyataan, atau masa lalu yang mengecewakan sehingga kita takut bermimpi kembali. Apabila dari sini kita sudah seperti itu, wajarlah kita tidak pernah dapat menikmati manisnya mimpi.

Sebaiknya, ketika sudah mempunyai impian, segeralah ubah mimpi itu menjadi visi. Berubahlah dari seorang pemimpi menjadi seorang bervisi. Inilah letak dasar perbedaan anatar orang yang berhasil mewujudkan mimpi dengan orang yang gagal mewujudkan mimpi.

Visi ini merupakan step yang sebenarnya menentukan. Kita dapat melihat kembali di KBBI, arti visi adalah 3 kemampuan untuk merasakan sesuatu yg tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan; 4 apa yg tampak dl khayalan; 5 penglihatan; pengamatan. Terdapat proses disitu, prosesnya adalah orang tersebut mempu merasakan sesuatu yang dikhayalkan, jadi khayalan tersebut dicoba untuk dirasakannya. Untuk dapat merasakan tersebut, pastilah orang akan mergerak dengan misinya (usahanya).

Oleh sebab itulah orang yang bervisi, pastilah sudah mempunyai misi-misi untuk menyukseskan keinginannya atau harapannya. Tidak mungkin terjadi ketika orang bervisi tidak dapat menentukan misinya. Untuk misi, itu tergantung bagaimana orang tersebut memandang logis dari visinya sendiri. Ilustrasi yang mungkin dapat kita ambi, dahulu orang bermimpi dapat terbang seperti burung, impian tersebut diubah menjadi visi bagaimana upanya menjadi terbang, untuk upaya yang telah mereka visikan dibuatlah misi untuk dapat menjadi terbang. Maksud saya tadi pandangan logis berada ketika antara visi yang dilahirkan menuju misi yang akan dijalankan, terbang, pandangan logisnya, manusia secara lahiriah tidak mungkin dapat terbang, dan satu-satunya untuk dapat terbang adalah harus diciptakannya alat bantu, pada saat upaya membuat alat bantu inilah yang disebut misi (usaha).

UBAH MINDSETT TAKDIR

Ketika orang dalam atau sebelum proses menentukan misinya, terkadang ada ganjalan ketakutan seperti menyangkut takdir. Banyak orang selalu menyangkutkan takdir dimasalah ini. “kalau ini bukan takdir kita, pasti gagal gagal juga”, “semua tergantung dengan ijin-Nya”, masih banyak kata-kata kita yang akan bermunculan dibenak. Wajar semua kata-kata tersebut muncul dalam benak kita, dikarenakan melihat kegagalan orang, padahal semua takdir itu tidak selalu berasal dari Tuhan.

Takdir hanya masalah kelahiran dan kematian, selain itu adalah usaha. Selain itu, kita sebagai manusia juga punya turut andil atas takdir yang ingin kita buat. Itulah sebabnya, apabila kita membuka Al-Quran, tertera kata “Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sebelum kaum itu mau berubah”. Firman Allah sangat jelas, bahwa Allah meminta kita untuk berupaya dan berusaha. Bagaimana Allah menentukan takdir kita, kalau kita sendiri tidak gigih berusaha?

Jadi jangan menyalahkan Tuhan ketika mimpi kita tidak terwujud, salahkanlah diri kita karena kita tidak sungguh-sungguh memperjuangkan apa yang kita impikan. Hidup ini seperti kita sekolah, tidak akan kita lulus dan naik tingkat kalau kita tidak mempunyai usaha, inilah tujuan ujian. Tuhan menguji mental dan lain-lain kepada kita dalam mewujudkan mimpi atau keinginan kita, apabila kita memilih berhenti dari ujian-ujiannya, wajarlah Tuhan tidak memberikan apa yang tadinya kita inginkan. Bearti sekali lagi jelaslah kita juga turut serta menjadikan “takdir” untuk kita sendiri.

Kini jangan lagi kita berkata “Ya Tuhan, bisakah aku sukses?” tapi saatnya kita berkata “ya Tuhan bantu aku supaya sukses”, berhentilah mengeluh “ya Tuhan sungguh besar masalah ini” tetapi berkatalah “hai masalah, Tuhan itu maha besar”, dan yakinlah kesuksesan itu tidak akan terjadi tanpa ada usaha. Yakinlah dalam kita sendiri, bahwa selama kita berusaha, kita semakin dekat dengan kesuksesan. Kesuksesan itu hanya tinggal selangkah dari usaha kita, masalahnya banyak orang yang berhenti ketika tinggal selangkah lagi karena bermacam hal, seperti contohnya adalah “lelah”. Akhir kata saya coba membuat garis rumus yang menjadi kunci bagaimana kita dapat berhasil dalam meraih mimpi.

Mimpi + Visi + Misi (Usaha) + yakin = SUKSES

Semoga tulisan ini dapat membantu meyakinkan kita dan kita dapat menjadi orang yang sukses meraih mimpi.

Rabu, 20 Maret 2013

BOROBUDUR MILIK SIAPA ?



Indonesia, suatu negara yang saat ini merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduknya mayoritas beragama Islam, bahkan dahulu ketika bangsa ini masih berbentuk kerajaan-kerajaan, juga pernah menjadi wilayah yang mempunyai mayoritas penganut agama Hindu dan Buddha terbesar di Asia Tenggara. Sebelum negara kesatuan ini terbentuk, dahulu kala bangsa ini memiliki puluhan kerajaan (dalam skala besar ataupun kecil), ini terbukti banyaknya peninggalan dalam bentuk bangunan, manuskrip, kitab, prasasti hingga benda-benda peninggalan masyarakat masa lalu. Dari beberapa peninggalan tersebut, bahkan kita sering berspekulasi mengenai bangsa ini pada masa lampau. Spekulasi yang sangat mengagumkan, mulai dari raja lautan hingga peradaban yang sangat berani dan maju.

BOROBUDUR TAMPIL KEMBALI DI BUMI PERTIWI INDONESIA

Salah satu peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang sangat mengagumkan dan luar biasa adalah candi Borobudur. Sehingga candi Borobudur sempat dinobatkan sebagai  salah satu dari '7 Keajaiban Dunia'. Bangunan yang mempunyai luas 123x123 M ini pernah tertimbun ditanah dan berhasil ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1814 disaat Indonesia tengah dijajah oleh bangsa Inggris, mendengar penemuan ini, lantas Sir. Thomas S Raffles menginstruksikan seorang ilmuan yang bernama H.C Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan candi tersebut. Kegiatan penggalian pun dilaksanakan hingga tahun 1835. Tidak berhenti disitu, pada saat Indonesia kembali dijajah oleh Bangsa Belanda, rekonstruksi dan pemugaran pun dilaksanakan hingga Indonesia merdeka, barulah pada tahun 1984 Candi Borobudur berhasil dipugar secara utuh, dengan bantuan dari UNESCO.

Dari penelitian atas penemuan Candi Borobudur ini, terlihat bagaimana sang perancang dan pembuat candi ini cukup pintar. Konstruksi dan tata bangun dari bangunan ini cukup menakjubkan, bayangkan saja, candi ini tersusun dari ratusan batu alam besar yang ditata sangat apik hingga tingginya mencapai 34,5 Meter. Menjadi tanda tanya besar hingga saat ini, bagaimana orang-orang tersebut dapat menyusun batu-batu besar itu dengan sangat apik dan dari manakah batu-batuan tersebut berasal ? sedangkan dari lokasi candi ini belum ditemukan semacam kali atau sungai (yang memungkinkan batu ini berasal dari kali). Apabila benar, batu tersebut adalah batu kali, bearti lokasi kali yang diduga penghasil dari bebatuan tersebut pastilah letaknya jauh, lantas pertanyaan yang kembali dapat kita lontarkan adalah, bagaimana cara orang-orang itu membawa bebatuan sebesar itu ke atas bukit yang tingginya mencapai 265 Meter dari permukaan laut ? tekhnologi apa yang mereka gunakan dalam membangun candi yang besar ini ?

Banyak jawaban spekulatif yang terlontar, salah satunya adalah dahulu Borobudur ini berada ditengah-tengah danau purba, ini dikuatkan karena bentuk keseluruhan candi tersebut menyerupai teratai dan daerah kedu dahulu adalah danau. Teori ini dikemukakan pertama kali oleh W.O.J. Nieuwenkamp. Sekali lagi, teori ini pun masih menimbulkan kontroversi. Sedangkan Borobudur pertama kali diungkapkan oleh Raffles (History of Java). Raffles sendiri menamai bangunan ini mempunyai dasar, dia merujuk dari asal tempat penemuan candi, di desa Bore. Tetapi oleh  Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. (http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur)

CORAK BOROBUDUR : BUDDHA ( ? )

Sedangkan untuk corak candi Borobudur ini pada awalnya (seperti apa yang sudah kita ketahui dari dahulu sewaktu kita belajar sejarah disekolahan) adalah Buddha. Alasan bangunan ini mempunyai corak Buddha karena beberapa ornamennya mempunyai unsur-unsur dari kebudayaan dan agama Buddha. Borobudur mempunyai sekitar 1460 relief yang diduga merupakan deret cerita mengenai sejarah atau ajaran Buddha, setidaknya ada 4 cerita utama yaitu ; Karmawibangga; Lalita wistara, Jataka dan awadana; serta Gandawyuda.

Selain adanya relief, di setiap pelataran Borobudur kita dapat menemukan banyak sosok arca (patung) Buddha. Untuk tulisan yang diduga menceritakan adanya bangunan bercorak Buddha (Borobudur) adalah kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, dalam tulisan tersebut sempat disinggung ada nama banggunan Buddha yang besar bernama “Wihara di Budur”, kita sama-sama mengerti bahwa tempat suci penganut agama Buddha adalah Wihara, itulah sebabnya bangunan ini diberi nama Borobudur oleh Raffles.

Namun baru-baru ini teori yang cukup menghebohkan kembali terjadi mengenai corak dan asal-usul candi Borobudur. Teori baru ini mengatakan bahwa candi Borobudur ini adalah bangunan yang mempunyai hubungannya dengan Nabi Sulaiman As. Cukup mencengangkan memang, karena teori ini berlandaskan dari penafsiran Al-Quran oleh seseorang dosen Matematika Islam yang berasal dari UIN Syarif Hidayatullah, beliau bernama KH Fahmi Basya.

Fahmi Basya menemukan teori mengenai relefansi antara Borobudur dengan Nabi Sulaiman As, berdasarkan adanya relief di candi Borobudur yang menggambarkan adanya “Tabut” yang tengah dijaga oleh seorang pria. Tabut adalah suatu peti yang merupakan peninggalan dari Nabi Sulaiman As, diduga tabut ini hilang secara misterius, tetapi pada dinding candi Borobudur, ada yang menggambarkan sebuah “kotak” yang akhirnya Fahmi Basya meyakini kotak ini adalah tabut yang misterius tersebut. Selain itu, beliau juga memperkuat hipotesanya dengan konsep “"Unfinished Solomon". Maksudnya adalah, pada puncak Borobudur ada sebuah stupa besar yang didalamnya tidak ditemukan patung sama sekali, alias kosong. Fahmi mencoba untuk mengkaitkan cerita Nabi Sulaiman As yang pernah menyuruh para jin untuk membuat bangunan yang besar, namun bangunan tersebut tidak tuntas, akibat wafatnya Nabi Sulaiman As, bukti ketidak tuntasan tersebut menurut Fahmi adalah Stupa yang kosong tersebut, para jin tidak sempat membuat arca setelah para jin telah mengetahui Nabi Sulaiman As wafat. Sedangkan arca Buddha yang ada di candi tersebut sebenarnya merupakan sosok dari Nabi Sulaiman As.

Fahmi pun kembali memperkuat hipotesanya dengan mengatakan asal usul kata “Jawa” berasal dari kata “Jews” (Yahudi). Setelah itu Fahmi mengungkapkan kembali hasil untuk memperkuat teorinya, Indonesia khususnya Wonosobo ini berasal dari pemenggalan kata wono-sobo, kata “sobo” tidak lain berasal dari kata “Saba” suatu negeri yang sering kita dengar pada kisah Nabi Sulaiman As. Apabila kita baca keseluruhan, Wonosobo adalah Hutan Saba, sebab Wono sendiri bearti Hutan. Tidak hanya itu saja, Fahmi menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman As ini adalah orang asli Indonesia, beliau berpendapat, satu-satunya nama nabi yang mempunyai awalan nama “Su” hanya Sulaiman saja, kata “Su” sendiri sering disandingkan oleh nama bagi orang Jawa, contohnya Suharto, Sukarno, Susilo dan lain-lain.

Kurang lebih itulah alasannya, mengapa KH Fahmi Basya “mengkalim”, bahwa candi Borobudur adalah peninggalan dari Nabi Sulaiman, yang berhasil menguasai negeri Saba dan Nabi Sulaiman As adalah orang asli Jawa. Namun teori Fahmi ini menjadi banyak penolakan dari beberapa orang dikarenakan, runtutan histirois yang diajukan oleh Fahmi sangat “kacau”, sebab menurut hasil penelitian dari ahli arkeologis, bahan material candi ini berasal dari abad ke-9 Masehi, sedangkan Nabi Sulaiman As sendiri hidup pada Sebelum Masehi ( abad ke-9 SM), sangat jelas selisih dari temporalnya sangat jauh
.
Namun kita dapat kembali bertanya kembali, apakah memang benar, hasil penelitian dari ahli Arkeologis sangat tidak akurat? Sedangkan mereka (Arkeolog) mempunyai cara sendiri untuk menghitung suatu benda dengan cara tes karbon, apakah tes tersebut salah dan tidak akurat?  Atau kita pula dapat mengsangsikan apakah benar patung Buddha yang berada di Borobudur adalah sosok dari Nabi Sulaiman As? Apabila benar itu adalah sosok Sulaiman, bearti bisa jadi seluruh patung Buddha yang berada di India dan belahan dunia adalah patung Sulaiman, sebab arca Buddha di Borobudur bentuknya sangat identik dengan patung Buddha yang ada diseluruh wilayah yang menganut agama Buddha. Serta apakah benar, gambar kotak yang berada di Borobudur itu adalah “Tabut” atau itu hanyalah gambar wajar yang menggambarkan peti kerajaan pada umumnya? Sebab, seluruh kerajaan di Indonesia pasti mempunyai kotak (tempat) untuk menyimpan barang-barang berharga.

Terlepas dari dua teori tersebut, Borobudur memang masih menjadi bangunan yang masih dengan kemisteriusannya, sulit kita menemukan jawaban secara pasti, sebab dua teori ini mempunyai bukti-bukti yang sama-sama kuat, tetapi juga mempunyai beberapa kekurangan. Pastinya hanya Allah Yang Maha Kuasa yang tahu semuanya, tetapi alangkah baiknya kita dapat menyibak kabut misteri ini, supaya generasi mendatang dapat mengetahui sebenarnya apa yang terjadi di Borobudur. Untuk masalah penelitian Borobudur sendiri, sebaiknya kita dan seluruh elemen yang memang ahli mencoba mengkaji ulang, hal ini sangat penting karena apabila dibiarkan seperti ini, sangat mungkin nantinya justru menimbulkan kegamangan disetiap generasi untuk bersikap.

Akhir kata, sesungguhnya penulis tidak berupaya untuk menjelek-jelekan teori manapun, sebab semua teori ini adalah ilmu, sebaiknya kita dapat menghormati teori-teori yang berkembang ini, ini adalah hal yang sangat baik untuk ilmu pengetahuan. Namun kita pula pun jangan lantas hanya melakukan “pembiaran” atas semua teori, justru kita dapat mengkaji secara hati-hati supaya kita dapat menyimpulkan dengan baik diakhirnya. Semoga kontroversi yang tajam ini menjadi bahan referensi kita untuk menyikapi setiap hal dengan fikiran yang jernih, dan terlepas siapakah yang membuat candi ini, yang pasti kita dapat melihat bagaimana nenek moyang kita dahulu ternyata merupakan manusia yang mempunyai tingkat kecedasan yang luar biasa. Kita patut mengapresiasikan kehebatan itu dengan semakin mencintai Indonesia. (Oktav Primas Aditia)

Keberhasilan dirasakan sebagai amat manis dan indah, bagi mereka yang belum berhasil.

(Mario Teguh)

Followers