Senin, 27 Desember 2010

SUKU BAJAU

 SUKU BAJAU PADA TINJAUAN HISTORIS

     Sebelum kita membahas tentang etnografi pada suku Bajau mari kita melihat sisi history suku Bajau supaya kita nanti dapat mengetahui secara lengkap informasi tentang suku Bajau. Sisi history sangat penting untuk tahap awal penelaahan suatu kebudayaan suatu bangsa sebab dengan history kita dapat mengetahui suatu peristiwa yang nantinya (peristiwa tersebut) menghasilkan penyebab dari kebudayaan suatu budaya tertentu itu terbentuk. Karena budaya itu lahir dari hasil cita, karsa dan karya sekumpulan masyarakat yang disetujui secara moral, etika dan norma pada masa itu, sedangkan history juga mempunyai ranah human. Jadi diharapkan dengan adanya kajian history kita dapat lebih arif dalam memahami ranah kebudayaan.

A. Awal Masuknya Suku Bajau di Nusantara
     Dari sebuah data history yang didapat bahwa suku Bajau sudah berada di Nusantara sejak ratusan tahun yang lampau dan suku ini sudah ada lebih awal dari suku Bugis di Makassar. Hal yang disayangkan data yang menunjukan secara pasti tentang waktu masuknya suku Bajau masuk ke Nusantara masih belum jelas hingga saat ini. Tetapi dapat kita taksir suku Bajau sudah masuk ke Nusantara sekitar abad ke-12 (perkiraan ini berdasarkan atas masuknya suku Bugis ke Nusantara sekitar abad ke-12 sampai dengan 13).
     Suku Bajau dan Bugis adalah sama suku yang bukan berasal dari bumi Nusantara melainkan bangsa imigran dari luar (Bajau dari kepulauan Sulu, Filipina dan Bugis berasal dari Yaman, Cina Barat Daya) kedua suku ini mempunyai persamaan yaitu sama-sama bercorak maritime dan beragama Islam (tetapi pada suku Bajau, awalnya mempunyai kepercayaan dinamisme). Suku Bajau merupakan suku nomaden dan senang akan mengarungi samudera atau lautan sehingga sering disebut gipsi laut.
     Yang harus diingat bahwa suku Bajau di Nusantara merupan hasil dari imigrasi gelombang kedua, gelombang ini suku Bajau sudah memeluk agama Islam (tetapi mereka masih menjunjung budaya awal). Dalam perjalanannya suku Bajau sempat menjadi awak pelayar atau tenaga tentara laut diberbagai kerajaan (Sriwijaya atau Gowa Tallo) ‘rekan’ terbaik suku Bajau adalah suku Bugis.

B. Daerah Persinggahan Suku Bajau
     Suku Bajau banyak tersebar hampir dibeberapa kepuluan di Nusantara seperti :
1. Kalimantan Timur (Berau,Bontang,danlain-lain)
2. Kalimantan Selatan (KotaBaru)
3. Sulawesi Selatan (Selayar)
4. Sulawesi Tenggara
5. Nusa Tenggara Barat
6. Nusa Tenggara Timur (pulau Komodo)
     Daerah-daerah itulah yang merupakan tempat singgahi mereka bahkan hingga saat ini dan bahkan dibeberapa tempat tersebut seperti di pulau Selayar suku Bajau merupakan suku anak negeri. Seperti suku-suku yang bersifat maritime lainnya, suku Bajau memilih bertempat tinggal didaerah pesisir pantai.


SISTEM KEBUDAYAAN DAN SOSIAL SUKU BAJAU

     Setelah kita telah mengetahui asal-usul dari dari suku Bajau kita dapat beranjak menuju system kebudayaan yang dimilikinya. Pada bagian ini kita menggunakan pendekatan etnograph, secara harfiah etnograph mengartikan tulisan yang berkenaan tentang suku-suku suatu bangsa (etnic : suku bangsa, graph : tulisan) dan etnograph bercerita tentang apa saja yang ada pada suatu suku-suku disuatu bangsa. Pada saat kita membicarakan suku bearti disana terdapat unsur pendekatan kebudayaan. Karena sangat tidak mungkin apabila pada disekelompok masyarakat tidak menghasilkan keudayaan (terlepas dari kebudayaan itu berasal dari akulturasi atau bukan). Sedangkan suku Bajau sendiri mempunyai kebudayaan-kebudayaan yang unik dan mungkin kebudayaan yang unik ini adalah salah satu ciri khas dari suku Bajau.


A. Corak Bahasa dan Budayanya
     Sudah kita sama-sama mengetahui bahwa suku Bajau ini adalah salah satu suku nomaden yang cukup berani, mereka sudah menyinggahi beberapa pulau dan bangsa atau negeri sehingga bahasa mereka mengalami perubahan secara konstan sebagai akibat dari hubungan mereka dengan bangsa-bangsa lain. Kemampuan mereka untuk mengambil dan menggunakan bahasa-bahasa dari penduduk yang mendiami pulau-pulau merupakan bagian yang harus dicatat . Oleh karena itu pada setiap daera bahasa yang digunakan oleh suku Bajau relative berbeda-beda tetapi secara corak mempunyai ciri khas yang menandakan kalau mereka adalah suku Bajau. Bahasa mereka adalah Sama-Bajau.
     Sebagai suku yang dijuluki ‘gipsi laut’ mereka mempunyai corak kehidupan yang unik dan akhirnya seperti nampak menjadi salah satu kebiasaan yang dibiasakan (budaya). Mereka mempunyai rumah ‘adat’ yang bernama Vinta rumah ini tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai kapal mereka sendiri. Bentuk dari Vinta ini berbentuk kapal bercadik yang memiliki tiga atau empat penyangga . Sehingga aktifitas sehari-hari mereka berada didalam atau disekitar Vinta, mereka juga melakukan kegiatan pemburuan dan berladang tetapi yang membedakan dari suku lain yang hidup didarat adalah mereka memburu ikan dilaut (mereka dapat menyelam mencari ikan selama berjam-jam didalam air) dan berladang seperti menjaga kelapa, pisang dan menanam padi dan lain-lain.
     Selain perahu mereka yang menjadi symbol budaya mereka, sebenarnya mereka juga mempunyai pakaian dan tarian sendiri. Pakaian yang mereka mayoritas menggunakan bahan hitam atau gelap. Untuk dapat dicatat bahwa mereka adalah salah satu suku yang bersifat tradisional sekali (hingga saat ini) jadi yang mereka gunakan dalam sehari-hari sangat sederhana. Mungkin hal tersebut mengisyaratkan bahwa mereka merupakan suku yang mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, mereka memang tidak hanya gemar mengarungi samudera maupun lautan lepas, mereka juga terbiasa mengarungi muara-muara disekitarnya demi mencari tangkapan baru. Hal-hal inilah yang membuat Adrian Horridge pada tahun 1970 - 1980-an sangat mengagumi bahkan menjadi seorang yang meneliti kehidupan suku Bajau.

B. System Sosial Masyarakat Suku Bajau
     Suku Bajau merupakan suku yang dapat dikatakan suka akan kedamaian dan ketentraman (sehingga mereka sama sekali tidak mempunyai keahlian membela diri secara terorganisir, hal ini jugalah yang membedakan Bajau dengan Bugis yang terkenal ulung dan penjelajah yang menyeramkan) mereka sering berkelana tanpa membawa senjata. Mungkin dengan sikap mereka yang senang akan kedamaian dan ketentraman (walau sebagian mereka pada jaman dahulu sempat menjadi tentara laut Sriwijaya dan Gowa Tallo) mereka dapat diterima dan dekat dengan kasta-kasta besar diberbagai daerah yang mereka tempati sehingga mereka dapat tersebar kewilayah yang luas. Kedekatan mereka dengan kasta-kasta tinggi dibeberapa daerah yang mereka tempati ditandai dengan seringnya suku Bajau memeberikan ‘upeti’ berupa ikan-ikanan kepada penguasa daerah setempat.
     Beberapa peneliti melaporkan bahwa “Bangsa Bajau memiliki kecenderungan untuk tetap berkelompok dan menyingkir mencari tempat tinggal lain jika diganggu” dan mereka kemungkinan mempunyai system social “Sentrifugal”. Jadi mereka adalah salah satu suku laut yang cinta damai dan merupakan suku yang cukup kooperatif terhadap pemerintahan yang ada didaerah yang mereka tempati, memang hingga sampai sekarang belum pernah terdengar adanya konflik antar suku pada suku Bajau.

PENUTUP

     Suku Bajau kini salah satu warisan dari ratusan tahun yang lalu, sudah saatnya kita dapat lebih mengenal suku tersebut sebab mereka juga merupakan suku yang turut mewarnai kehidupan di Nusantara khususnya dalam bidang maritime sehingga bangsa kita semakin kaya akan kebudayaan.
     Yang cocok untuk mengetahui kehidupan mereka memang dalam pendekatan sejarah, dari sejarah kita dapat mengetahui bagaimana jalur perjalanan mereka hingga saat ini sedangkan pendekatan kebudayaan adalah pendekatan yang melihat realitas masyarakat dari sudut pandang mentalitas orang; nilai yang diacu individu atau bersama; penyatu nilai bersama yang merekatakan bangsa majemuk dengan keikaan “saling hormat” menghormati; toleransi pada perbedaan, serta hak hidup etnik. Agama, golongan tanpa saling mendiskriminasiakan lain dan pendekatan sosiologi kita dapat mengetahui wawasan mengenai interaksi antara orang-perorangan yang mewujudkan suatu pola jaringan masyarakat, bagaimana itu dilembagakan dan mengalami perubahan.
     Dalam tulisan ini kita dapat lebih mengenal suatu suku tua yang mungkin kita lupa akan keberadaan mereka dikarenakan jumlah mereka yang terbilang minoritas, tetapi mereka adalah saksi dari kejayaan dunia maritime Nusantara. Mereka membuktikan sesungguhnya Indonesia ini dapat menjadi suatu Negara/bangsa yang besar apabila mereka dapat memanfaatkan sisi kelautan dan bercorak maritime.
Semoga dengan hadirnya tulisan ini kita dapat lebih arif akan kebudayaan local dan menghargai dan memaksiamalkan potensi maritme yang sudah terbukti kehandalannya.




DAFTAR PUSTAKA



Dick-Read. Robert, Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika. PENJELAJAHAN BAHARI. 2005. Bandung : Mizan

Lapian B. Lapain, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara. 2008. Jakarta : Komunitas Bambu

Sutrisno. Mudji, RANAH-RANAH KEBUDAYAAN. 2009. Yogyakarta : Kanisius.

Smith. Anker, ___________

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bajau Senin 11 Januari 2009 /1.04 WIB



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keberhasilan dirasakan sebagai amat manis dan indah, bagi mereka yang belum berhasil.

(Mario Teguh)

Followers