Jumat, 26 November 2010

PUISI CAHAYA BULAN

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipis pun turun pelan pelan di Lembah Kasih
Lembah Mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap
Kau dekaplah lebih mesra
Lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

                                                                                                                                      Soe Hok Gie
Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu
Bagaikan letusan berapi
Membangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan hati



PETUALANGAN KU DI PULAU TIDUNG

Pulau Tidung


Saya Dengan Latar Belakang Pulau Tidung (besar)
Memandang Pulau Tidung Kecil diatas Jembatan Cinta
Ini adalah pengalaman perjalanan pertama saya keluar dari Pulau Jawa. Pada awalnya saya termasuk orang yang takut akan menggunkan perahu (sejak kecil), cuma mulai pada saat ini saya berhasil melawan rasa takut ini demi mencari ketenangan jiwa dan fikiran. Ya walaupun hanya jarak dekat, saya sudah cukup berhasil melawan rasa takut itu.
Semua berawal dari ajakan sahabat saya, kebetulan dia mengambil cuti dan mengajak saya liburan kesebuah pantai yang saya kira membosankan. Semua dugaan itu salah setelah saya sudah menginjakan kaki kepulau tersebut. Subhanallah indah dan tentramnya pulau tersebut.
Kami bertiga melakukan perjalanan dimulai pada tanggal 24 November 2010 dan berangkat dari dermaga 22 Ancol Jakarta pukul 08.00 WIB menggunakan speed boad. Perjalanan kami memakan waktu sekitar sejam untuk mencapai pulau yang kami tuju. Dalam perjalanan menuju lokasi, perahu kami sempat bersandar dibeberapa pulau, salah satunya pulau yang bernama Pulau Untung Jawa. Angin yang tidak terlalu kencang dan cuaca yang sangat cerah membuat perairan laut tersebut menjadi sangat indah, biru dan hijau itulah warna laut yang kita saksikan pada saat kita berada dalam kapal ini.
Polsek Kep. Seribu Selatan
Tidak terasa ternyata kami sudah bersandar didermaga pulau yang kami tuju, pulau tersebut bernama Pulau Tidung yang berada diwilayah selatan Kepulauan Seribu. Karena waktu sudah menunjukan pukul 09.15, kita akhirnya makna siang untuk mengisi tenaga kami kembali, warung tersebut tepat sekali berada didepan pintu dermaga. Setelah makan siang kami langsung menuju tempat untuk menginap kami, temapat itu adalah Polsek Kepulauan Seribu Selatan. Alhamdulillah kapolsek mengijinkan kami tuk bermalam disana sehingga kami dapat beristirahat selama kita di Pulau Tidung.
Satu perkataan saya pada saat sampai ditempat ini, takjub. Subhanallah keindahan alam yang disajikannya, maha besar karya Sang Pencipta. Pasirnya putih dan landai pantainya, air lautnya pun sangat tenang ditambah anginnya yang sepoi-sepoi. Dalam pandangan kita hanya melihat pohon bakau yang hijau dan warna biru pada laut dan langitnya.
Hari pertama kami isi dengan memancing dan berenang mulai dari siang hari hingga pukul 19.00. Barulah pada hari kedua kami mulai menyusuri Pulau Tidung Kecil, karena pemandangan disana tidak kalah eksotiknya dengan Pulau Tidung (besar). Mungkin saya mencoba menceritakan tentang selayang pandang Pulau Tidung ini.

Pulau Tidung
Ikan Hasil Memancingdan Siap Dinikmati
Nama pulau ini diambil dari kata "lindung", karena dalam sejarahnya tempat ini merupakan tempat berlindungnya para kesatria kita dari kejaran bangsa Belanda (VOC) dan Portugis pada sekitar abad ke-19. Para kesatria tersebut memilih pulau ini karena dari kejauhan, pulau ini hanya seperti pulau karang saja yang tidak berpenghuni.
Bentuk Pulau Tidung ini memanjang dengan taksiran sekitar kurang lebih 3Km. Awalanya Pulau Tidung ini hanya satu, tetapi akhirnya akibatnya permukaan laut semakin meninggi membuat pulau ini terbagi menjadi dua, oleh karena itu munculah Pulau Tidung Kecil. Antara Pulau Tidung (besar) dengan Pulau Tidung Kecil dihubungkan dengan jembatan yang terbuat dari semen (pondasi) dan kayu (pijakannya).

Pulau Tidung Kecil
Memasak di Pulau Tidung Kecil
Pulau ini tidak kalah menariknya dengan Pulau Tidung (besar), pulau ini menyajikan pemandangan yang sangat indah. Pulau kecil yang hanya sepanjang kurang lebih 1 Km ini lebih hijau,sebab didalam pulau ini banyak sekali ditanami dengan pepohonan, mulai dari pohon kelapa, pisang hingga bakau dan penghuni pulau ini juga dapat dihitung dengan jari.
Didalam pulau kecil ini terdapat tiga makam yang terletak diujung pulau bagian selatan. Salah satu makam tersebut adalah makam Panglima Hitam.

Panglima Hitam
Menurut kepercayaan masyarakat lokal, beliau adalah orang yang pertama kali mendiami pulau Tidung (hanya belum jelas saat ini kapankah beliau lahir atau sampai dipulau yang indah ini). Penemuan makam ini pun berawal dari mimpinya seseorang masyarakat setempat (mungkin inilah mengapa diberikan nama Panglima Hitam). Setelah makam ini ditemukan, maka dipugarlah makam tersebut dan dirawat hingga saat ini, selain itu makam ini dikeramatkan. Mungkin inilah cara masyarakat setempat menghormati jasa Panglima Hitam.
Ada yang berpendapat, Panglima Hitam ini sebenarnya adalah bukan orang asli Indonesia, melainkan orang Malaysia.
Jembatan Cinta
Jembatan Cinta dan Pulau Tidung Kecil
Jembatan ini dibuat sekitar tahun 2000-an dan menjadi penghubung antara Pulau Tidung (besar) dengan Pulau Tidung kecil. Panjang jembatan ini berkisar kurang lebih 1 Km. Ini adalah tempat yang cukup indah untuk melihat kondisi alam sekitar pulau, kita dapat menikmati hijaunya pulau dan birunya lautan hanya memang anginnya cukup besar akibat tidak ada penghalang angin sama sekali. Akibat keindahannya sering sekali orang memadu kasih diatas jembatan ini sehingga diberi julukan Jembatan Cinta.
Bergaya Diatas Jembatan Cinta

Mungkin inilah sepenggal dari cerita pengalaman saya yang dapat saya tuangkan, sebenarnya keindahan pulau ini masih sangat indah dari pada tulisan ini. Ini sungguh pengalaman terindah dalam kehidupan saya.

Ucapan Terimakasih Kepada
Yoby yang mengajak saya berkelana kepulau yang indah ini
Liberty yang juga ikut serta dalam perjalanan ini
Kapolsek Kepulauan Seribu Selatan yang mengijinkan kami untuk menginap dipolsek
Yoby, Oktav, Liberti
Bapak-bapak Polisi Polsek Kepulauan Seribu Selatan yang menyambut kami dengan sangat hangat dan ramah sekali
serta warga Pulau Tidung yang juga menyambut kami dengan keramahannya

semoga dilain waktu kita dapat bertemu lagi


Iwan Fals (mata Dewa).mp3

get more free mp3 & video codes at www.musik-live.net

Senin, 22 November 2010

TES PSIKOLOGI

Ada sebatang POHON yang tua

Bila HUJAN turun,

Beberapa helai DAUN tumbuh

Bila MUSIM GUGUR datang,

ANGIN menerbangkan semua daunnya

Jika diberi pilihan, maka anda memilih apa?

(jangan asal jawab, pahami dulu & pilih salah 1 jawaban dibawah ini)

-Hujan

-Angin

-Musim Gugur

-Daun

-Pohon

Nanti hasilnya akan saya kasih tau artinya




Senin, 15 November 2010

BAHTERAKU YANG LUSUH

Ku masih ingat betul pada saat kau bukakan pelabuhan mu tuk menerima bahteraku. Betapa bahagianya mendapatakan keramahan indah janjimu, seakan ku terlena dengan angin pantai yang manja. Kau rawat bahteraku, ku jaga pelabuhanmu. Tak jarang angin badai, ombak besar menerjang kejam ke bahteraku dan pelabuhanmu. Itulah janji kita.

Tak disangka, saat badai terakhir menerjang kembali dan bahteraku rusak. Kau palingkan mata mu ke bahtera lain yang sedang menuju ke pelabuhanmu. Elok memang bahtera baru itu, hingga kau hiraukan bahtera ku yang dahulu kau rawat, entah mungkin sudah terlanjur buruk kondisi bahteraku ini. Saat bahtera lain semakin mendekat dari pelabuhanmu, ku terus menjaga walau ku hanya berdiri diatas bahteraku yang rapuh. Bahteraku yang sudah lusuh dan lunglai dihajar meriam dari bahtera pendatang baru itu, mencoba mengusirku dari pelabuhanmu.

Saat gempuran bertubi-tubi kearah bahtera ku, kau berlari secepat kilat menuju bahteraku. Ku kira kau lantas memperbaikinya, tapi yang terjadi kau leparkan aku jatuh kelautan yang dingin, jauh... jauh ku tenggelam, tak hanya itu, kau rusak bahteraku dan menyingkirkan tuk menjauh dari dermaga mu supaya bahtera baru pun dapat merapat kedermagamu.

Kejam sungguh, kau dustai perjanjian kita, kau khianati aku pada saat ku mempertahankan dermagamu walaupun hanya mengandalkan bahteraku yang sudah lusuh. Akhirnya kau singkirkan bahteraku yang telah lusuh dari dermagamu demi bahtera lain yang lebih indah tuk merapat ke dermagamu itu.
Saat ini ku berjuang keatas permukaan laut yang dalam dan dingin serta berenang menuju ke bahteraku yang sudah kau buang dan kau koyak. Ku hanya melihat bahtera baru itu semakin merapat dan kau semakin pula melapangkan tangan mu sebagai sambutan hangat tuk nahkoda baru itu yang baru saja memenangkan pertempuran yang tak sebanding ini, ku lihat itu dari jauh... semakin jauh... dan mungkin sangat jauh.

Sedih ku saksikan peristiwa itu, kau sambut aku hangat seperti kau sambut dia sekarang, tetapi saat ini kau buang aku ditengah-tengah ku menjaga dermagaku, sungguh tak ku sangka. Hanya keindahan dustamu dan kejammu yang kudapatkan. Tapi apalah daya, kau telah mengusirku dan menjatuhkanku dihadapan dia hingga dia tertawa senang atas kemenangan itu semua, sebagai ksatria, ku harus rela dengan bahteraku yang lusuh ini terombang ambing diluasnya samudra yang sunyi dan dingin ini. Ku hanya mensyukuri akan indahnya dermagamu itu, walau sebentar namun sangat kurasa indah yang teramat indah. Semoga saja dermagamu itu tetap selalu indah dan bersahaja, walau pernah kucium wanginya bunga dusta didermaga itu, ku harap bunga itu punah sehingga keindahan dermagamu benar indah apa adanya.
Terimakasih sang penjaga dermaga, kau pernah mengijinkan ku tuk bersanding disana.
Menjadi suatu penghormatan bagiku sendiri atas kebaikan yang pernah kau berikan kepadaku.
Ku tak akan pernah lupa akan peristiwa itu semua, mulai saat ku merapat hingga kau lempar aku kelautan bebas.

Selasa, 09 November 2010

PERIH TERAMAT PERIH

Mungkin ini adalah baru pertamakalinya ku merasakan perihnya yang teramat perih, pahitnya yang teramat pahit. Hingga sulit,,, sulit bangkit kembali.
Tuhan harus apakah yang aku lakukan tuk hilangkan perih pahit yang teramat kejam dan teramat menghacurkan, ku tak ingin hancur lumpuh akibat tragedi ini.
Kekecewaan, kepedihan, kesedihan, kemurkaan telah bergabung menjadi satu, tapi ku tak ingin membenci dia,, ku tak ingin melukainya, walau luka ku ini masih terbuka lebar, ku tak ingin melukainya,,, Tuhan aku menyerah akan rasa pedih ini,,, Tuhan tolong berilah jalan keluar tuk sebuah peristiwa hati yang klasik ini.

Keberhasilan dirasakan sebagai amat manis dan indah, bagi mereka yang belum berhasil.

(Mario Teguh)

Followers