Rabu, 20 Maret 2013

BOROBUDUR MILIK SIAPA ?



Indonesia, suatu negara yang saat ini merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduknya mayoritas beragama Islam, bahkan dahulu ketika bangsa ini masih berbentuk kerajaan-kerajaan, juga pernah menjadi wilayah yang mempunyai mayoritas penganut agama Hindu dan Buddha terbesar di Asia Tenggara. Sebelum negara kesatuan ini terbentuk, dahulu kala bangsa ini memiliki puluhan kerajaan (dalam skala besar ataupun kecil), ini terbukti banyaknya peninggalan dalam bentuk bangunan, manuskrip, kitab, prasasti hingga benda-benda peninggalan masyarakat masa lalu. Dari beberapa peninggalan tersebut, bahkan kita sering berspekulasi mengenai bangsa ini pada masa lampau. Spekulasi yang sangat mengagumkan, mulai dari raja lautan hingga peradaban yang sangat berani dan maju.

BOROBUDUR TAMPIL KEMBALI DI BUMI PERTIWI INDONESIA

Salah satu peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang sangat mengagumkan dan luar biasa adalah candi Borobudur. Sehingga candi Borobudur sempat dinobatkan sebagai  salah satu dari '7 Keajaiban Dunia'. Bangunan yang mempunyai luas 123x123 M ini pernah tertimbun ditanah dan berhasil ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1814 disaat Indonesia tengah dijajah oleh bangsa Inggris, mendengar penemuan ini, lantas Sir. Thomas S Raffles menginstruksikan seorang ilmuan yang bernama H.C Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan candi tersebut. Kegiatan penggalian pun dilaksanakan hingga tahun 1835. Tidak berhenti disitu, pada saat Indonesia kembali dijajah oleh Bangsa Belanda, rekonstruksi dan pemugaran pun dilaksanakan hingga Indonesia merdeka, barulah pada tahun 1984 Candi Borobudur berhasil dipugar secara utuh, dengan bantuan dari UNESCO.

Dari penelitian atas penemuan Candi Borobudur ini, terlihat bagaimana sang perancang dan pembuat candi ini cukup pintar. Konstruksi dan tata bangun dari bangunan ini cukup menakjubkan, bayangkan saja, candi ini tersusun dari ratusan batu alam besar yang ditata sangat apik hingga tingginya mencapai 34,5 Meter. Menjadi tanda tanya besar hingga saat ini, bagaimana orang-orang tersebut dapat menyusun batu-batu besar itu dengan sangat apik dan dari manakah batu-batuan tersebut berasal ? sedangkan dari lokasi candi ini belum ditemukan semacam kali atau sungai (yang memungkinkan batu ini berasal dari kali). Apabila benar, batu tersebut adalah batu kali, bearti lokasi kali yang diduga penghasil dari bebatuan tersebut pastilah letaknya jauh, lantas pertanyaan yang kembali dapat kita lontarkan adalah, bagaimana cara orang-orang itu membawa bebatuan sebesar itu ke atas bukit yang tingginya mencapai 265 Meter dari permukaan laut ? tekhnologi apa yang mereka gunakan dalam membangun candi yang besar ini ?

Banyak jawaban spekulatif yang terlontar, salah satunya adalah dahulu Borobudur ini berada ditengah-tengah danau purba, ini dikuatkan karena bentuk keseluruhan candi tersebut menyerupai teratai dan daerah kedu dahulu adalah danau. Teori ini dikemukakan pertama kali oleh W.O.J. Nieuwenkamp. Sekali lagi, teori ini pun masih menimbulkan kontroversi. Sedangkan Borobudur pertama kali diungkapkan oleh Raffles (History of Java). Raffles sendiri menamai bangunan ini mempunyai dasar, dia merujuk dari asal tempat penemuan candi, di desa Bore. Tetapi oleh  Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. (http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur)

CORAK BOROBUDUR : BUDDHA ( ? )

Sedangkan untuk corak candi Borobudur ini pada awalnya (seperti apa yang sudah kita ketahui dari dahulu sewaktu kita belajar sejarah disekolahan) adalah Buddha. Alasan bangunan ini mempunyai corak Buddha karena beberapa ornamennya mempunyai unsur-unsur dari kebudayaan dan agama Buddha. Borobudur mempunyai sekitar 1460 relief yang diduga merupakan deret cerita mengenai sejarah atau ajaran Buddha, setidaknya ada 4 cerita utama yaitu ; Karmawibangga; Lalita wistara, Jataka dan awadana; serta Gandawyuda.

Selain adanya relief, di setiap pelataran Borobudur kita dapat menemukan banyak sosok arca (patung) Buddha. Untuk tulisan yang diduga menceritakan adanya bangunan bercorak Buddha (Borobudur) adalah kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, dalam tulisan tersebut sempat disinggung ada nama banggunan Buddha yang besar bernama “Wihara di Budur”, kita sama-sama mengerti bahwa tempat suci penganut agama Buddha adalah Wihara, itulah sebabnya bangunan ini diberi nama Borobudur oleh Raffles.

Namun baru-baru ini teori yang cukup menghebohkan kembali terjadi mengenai corak dan asal-usul candi Borobudur. Teori baru ini mengatakan bahwa candi Borobudur ini adalah bangunan yang mempunyai hubungannya dengan Nabi Sulaiman As. Cukup mencengangkan memang, karena teori ini berlandaskan dari penafsiran Al-Quran oleh seseorang dosen Matematika Islam yang berasal dari UIN Syarif Hidayatullah, beliau bernama KH Fahmi Basya.

Fahmi Basya menemukan teori mengenai relefansi antara Borobudur dengan Nabi Sulaiman As, berdasarkan adanya relief di candi Borobudur yang menggambarkan adanya “Tabut” yang tengah dijaga oleh seorang pria. Tabut adalah suatu peti yang merupakan peninggalan dari Nabi Sulaiman As, diduga tabut ini hilang secara misterius, tetapi pada dinding candi Borobudur, ada yang menggambarkan sebuah “kotak” yang akhirnya Fahmi Basya meyakini kotak ini adalah tabut yang misterius tersebut. Selain itu, beliau juga memperkuat hipotesanya dengan konsep “"Unfinished Solomon". Maksudnya adalah, pada puncak Borobudur ada sebuah stupa besar yang didalamnya tidak ditemukan patung sama sekali, alias kosong. Fahmi mencoba untuk mengkaitkan cerita Nabi Sulaiman As yang pernah menyuruh para jin untuk membuat bangunan yang besar, namun bangunan tersebut tidak tuntas, akibat wafatnya Nabi Sulaiman As, bukti ketidak tuntasan tersebut menurut Fahmi adalah Stupa yang kosong tersebut, para jin tidak sempat membuat arca setelah para jin telah mengetahui Nabi Sulaiman As wafat. Sedangkan arca Buddha yang ada di candi tersebut sebenarnya merupakan sosok dari Nabi Sulaiman As.

Fahmi pun kembali memperkuat hipotesanya dengan mengatakan asal usul kata “Jawa” berasal dari kata “Jews” (Yahudi). Setelah itu Fahmi mengungkapkan kembali hasil untuk memperkuat teorinya, Indonesia khususnya Wonosobo ini berasal dari pemenggalan kata wono-sobo, kata “sobo” tidak lain berasal dari kata “Saba” suatu negeri yang sering kita dengar pada kisah Nabi Sulaiman As. Apabila kita baca keseluruhan, Wonosobo adalah Hutan Saba, sebab Wono sendiri bearti Hutan. Tidak hanya itu saja, Fahmi menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman As ini adalah orang asli Indonesia, beliau berpendapat, satu-satunya nama nabi yang mempunyai awalan nama “Su” hanya Sulaiman saja, kata “Su” sendiri sering disandingkan oleh nama bagi orang Jawa, contohnya Suharto, Sukarno, Susilo dan lain-lain.

Kurang lebih itulah alasannya, mengapa KH Fahmi Basya “mengkalim”, bahwa candi Borobudur adalah peninggalan dari Nabi Sulaiman, yang berhasil menguasai negeri Saba dan Nabi Sulaiman As adalah orang asli Jawa. Namun teori Fahmi ini menjadi banyak penolakan dari beberapa orang dikarenakan, runtutan histirois yang diajukan oleh Fahmi sangat “kacau”, sebab menurut hasil penelitian dari ahli arkeologis, bahan material candi ini berasal dari abad ke-9 Masehi, sedangkan Nabi Sulaiman As sendiri hidup pada Sebelum Masehi ( abad ke-9 SM), sangat jelas selisih dari temporalnya sangat jauh
.
Namun kita dapat kembali bertanya kembali, apakah memang benar, hasil penelitian dari ahli Arkeologis sangat tidak akurat? Sedangkan mereka (Arkeolog) mempunyai cara sendiri untuk menghitung suatu benda dengan cara tes karbon, apakah tes tersebut salah dan tidak akurat?  Atau kita pula dapat mengsangsikan apakah benar patung Buddha yang berada di Borobudur adalah sosok dari Nabi Sulaiman As? Apabila benar itu adalah sosok Sulaiman, bearti bisa jadi seluruh patung Buddha yang berada di India dan belahan dunia adalah patung Sulaiman, sebab arca Buddha di Borobudur bentuknya sangat identik dengan patung Buddha yang ada diseluruh wilayah yang menganut agama Buddha. Serta apakah benar, gambar kotak yang berada di Borobudur itu adalah “Tabut” atau itu hanyalah gambar wajar yang menggambarkan peti kerajaan pada umumnya? Sebab, seluruh kerajaan di Indonesia pasti mempunyai kotak (tempat) untuk menyimpan barang-barang berharga.

Terlepas dari dua teori tersebut, Borobudur memang masih menjadi bangunan yang masih dengan kemisteriusannya, sulit kita menemukan jawaban secara pasti, sebab dua teori ini mempunyai bukti-bukti yang sama-sama kuat, tetapi juga mempunyai beberapa kekurangan. Pastinya hanya Allah Yang Maha Kuasa yang tahu semuanya, tetapi alangkah baiknya kita dapat menyibak kabut misteri ini, supaya generasi mendatang dapat mengetahui sebenarnya apa yang terjadi di Borobudur. Untuk masalah penelitian Borobudur sendiri, sebaiknya kita dan seluruh elemen yang memang ahli mencoba mengkaji ulang, hal ini sangat penting karena apabila dibiarkan seperti ini, sangat mungkin nantinya justru menimbulkan kegamangan disetiap generasi untuk bersikap.

Akhir kata, sesungguhnya penulis tidak berupaya untuk menjelek-jelekan teori manapun, sebab semua teori ini adalah ilmu, sebaiknya kita dapat menghormati teori-teori yang berkembang ini, ini adalah hal yang sangat baik untuk ilmu pengetahuan. Namun kita pula pun jangan lantas hanya melakukan “pembiaran” atas semua teori, justru kita dapat mengkaji secara hati-hati supaya kita dapat menyimpulkan dengan baik diakhirnya. Semoga kontroversi yang tajam ini menjadi bahan referensi kita untuk menyikapi setiap hal dengan fikiran yang jernih, dan terlepas siapakah yang membuat candi ini, yang pasti kita dapat melihat bagaimana nenek moyang kita dahulu ternyata merupakan manusia yang mempunyai tingkat kecedasan yang luar biasa. Kita patut mengapresiasikan kehebatan itu dengan semakin mencintai Indonesia. (Oktav Primas Aditia)

Keberhasilan dirasakan sebagai amat manis dan indah, bagi mereka yang belum berhasil.

(Mario Teguh)

Followers