Indonesia, suatu negara yang saat ini merupakan salah
satu negara yang mempunyai penduduknya mayoritas beragama Islam, bahkan dahulu
ketika bangsa ini masih berbentuk kerajaan-kerajaan, juga pernah menjadi
wilayah yang mempunyai mayoritas penganut agama Hindu dan Buddha terbesar di
Asia Tenggara. Sebelum negara kesatuan ini terbentuk, dahulu kala bangsa ini
memiliki puluhan kerajaan (dalam skala besar ataupun kecil), ini terbukti
banyaknya peninggalan dalam bentuk bangunan, manuskrip, kitab, prasasti hingga
benda-benda peninggalan masyarakat masa lalu. Dari beberapa peninggalan
tersebut, bahkan kita sering berspekulasi mengenai bangsa ini pada masa lampau.
Spekulasi yang sangat mengagumkan, mulai dari raja lautan hingga peradaban yang
sangat berani dan maju.
BOROBUDUR TAMPIL KEMBALI DI BUMI PERTIWI
INDONESIA
Salah satu peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang
sangat mengagumkan dan luar biasa adalah candi Borobudur. Sehingga candi
Borobudur sempat dinobatkan sebagai
salah satu dari '7 Keajaiban Dunia'. Bangunan yang mempunyai luas
123x123 M ini pernah tertimbun ditanah dan berhasil ditemukan secara tidak
sengaja pada tahun 1814 disaat Indonesia tengah dijajah oleh bangsa Inggris,
mendengar penemuan ini, lantas Sir. Thomas S Raffles menginstruksikan seorang
ilmuan yang bernama H.C Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan candi
tersebut. Kegiatan penggalian pun dilaksanakan hingga tahun 1835. Tidak
berhenti disitu, pada saat Indonesia kembali dijajah oleh Bangsa Belanda,
rekonstruksi dan pemugaran pun dilaksanakan hingga Indonesia merdeka, barulah
pada tahun 1984 Candi Borobudur berhasil dipugar secara utuh, dengan bantuan
dari UNESCO.
Dari penelitian atas penemuan Candi Borobudur ini,
terlihat bagaimana sang perancang dan pembuat candi ini cukup pintar.
Konstruksi dan tata bangun dari bangunan ini cukup menakjubkan, bayangkan saja,
candi ini tersusun dari ratusan batu alam besar yang ditata sangat apik hingga
tingginya mencapai 34,5 Meter. Menjadi tanda tanya besar hingga saat ini,
bagaimana orang-orang tersebut dapat menyusun batu-batu besar itu dengan sangat
apik dan dari manakah batu-batuan tersebut berasal ? sedangkan dari lokasi
candi ini belum ditemukan semacam kali atau sungai (yang memungkinkan batu ini
berasal dari kali). Apabila benar, batu tersebut adalah batu kali, bearti
lokasi kali yang diduga penghasil dari bebatuan tersebut pastilah letaknya
jauh, lantas pertanyaan yang kembali dapat kita lontarkan adalah, bagaimana
cara orang-orang itu membawa bebatuan sebesar itu ke atas bukit yang tingginya
mencapai 265 Meter dari permukaan laut ? tekhnologi apa yang mereka gunakan
dalam membangun candi yang besar ini ?
Banyak jawaban spekulatif yang terlontar, salah satunya
adalah dahulu Borobudur ini berada ditengah-tengah danau purba, ini dikuatkan
karena bentuk keseluruhan candi tersebut menyerupai teratai dan daerah kedu
dahulu adalah danau. Teori ini dikemukakan pertama kali oleh W.O.J.
Nieuwenkamp. Sekali lagi, teori ini pun masih menimbulkan kontroversi.
Sedangkan Borobudur pertama kali diungkapkan oleh Raffles (History of Java).
Raffles sendiri menamai bangunan ini mempunyai dasar, dia merujuk dari asal
tempat penemuan candi, di desa Bore. Tetapi oleh Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya
untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah
tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis
memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra
bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan
raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. (http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur)
CORAK BOROBUDUR : BUDDHA ( ? )
Sedangkan untuk corak candi Borobudur ini pada awalnya (seperti
apa yang sudah kita ketahui dari dahulu sewaktu kita belajar sejarah
disekolahan) adalah Buddha. Alasan bangunan ini mempunyai corak Buddha karena
beberapa ornamennya mempunyai unsur-unsur dari kebudayaan dan agama Buddha. Borobudur
mempunyai sekitar 1460 relief yang diduga merupakan deret cerita mengenai
sejarah atau ajaran Buddha, setidaknya ada 4 cerita utama yaitu ; Karmawibangga;
Lalita wistara, Jataka dan awadana; serta Gandawyuda.
Selain adanya relief, di setiap pelataran Borobudur kita
dapat menemukan banyak sosok arca (patung) Buddha. Untuk tulisan yang diduga
menceritakan adanya bangunan bercorak Buddha (Borobudur) adalah kitab
Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, dalam tulisan tersebut sempat
disinggung ada nama banggunan Buddha yang besar bernama “Wihara di Budur”, kita
sama-sama mengerti bahwa tempat suci penganut agama Buddha adalah Wihara,
itulah sebabnya bangunan ini diberi nama Borobudur oleh Raffles.
Namun baru-baru ini teori yang cukup menghebohkan kembali
terjadi mengenai corak dan asal-usul candi Borobudur. Teori baru ini mengatakan
bahwa candi Borobudur ini adalah bangunan yang mempunyai hubungannya dengan
Nabi Sulaiman As. Cukup mencengangkan memang, karena teori ini berlandaskan
dari penafsiran Al-Quran oleh seseorang dosen Matematika Islam yang berasal
dari UIN Syarif Hidayatullah, beliau bernama KH Fahmi Basya.
Fahmi Basya menemukan teori mengenai relefansi antara
Borobudur dengan Nabi Sulaiman As, berdasarkan adanya relief di candi Borobudur
yang menggambarkan adanya “Tabut” yang tengah dijaga oleh seorang pria. Tabut
adalah suatu peti yang merupakan peninggalan dari Nabi Sulaiman As, diduga
tabut ini hilang secara misterius, tetapi pada dinding candi Borobudur, ada
yang menggambarkan sebuah “kotak” yang akhirnya Fahmi Basya meyakini kotak ini
adalah tabut yang misterius tersebut. Selain itu, beliau juga memperkuat
hipotesanya dengan konsep “"Unfinished Solomon". Maksudnya adalah,
pada puncak Borobudur ada sebuah stupa besar yang didalamnya tidak ditemukan
patung sama sekali, alias kosong. Fahmi mencoba untuk mengkaitkan cerita Nabi
Sulaiman As yang pernah menyuruh para jin untuk membuat bangunan yang besar,
namun bangunan tersebut tidak tuntas, akibat wafatnya Nabi Sulaiman As, bukti
ketidak tuntasan tersebut menurut Fahmi adalah Stupa yang kosong tersebut, para
jin tidak sempat membuat arca setelah para jin telah mengetahui Nabi Sulaiman
As wafat. Sedangkan arca Buddha yang ada di candi tersebut sebenarnya merupakan
sosok dari Nabi Sulaiman As.
Fahmi pun kembali memperkuat hipotesanya dengan
mengatakan asal usul kata “Jawa” berasal dari kata “Jews” (Yahudi). Setelah itu
Fahmi mengungkapkan kembali hasil untuk memperkuat teorinya, Indonesia
khususnya Wonosobo ini berasal dari pemenggalan kata wono-sobo, kata “sobo”
tidak lain berasal dari kata “Saba” suatu negeri yang sering kita dengar pada
kisah Nabi Sulaiman As. Apabila kita baca keseluruhan, Wonosobo adalah Hutan
Saba, sebab Wono sendiri bearti Hutan. Tidak hanya itu saja, Fahmi menjelaskan
bahwa Nabi Sulaiman As ini adalah orang asli Indonesia, beliau berpendapat,
satu-satunya nama nabi yang mempunyai awalan nama “Su” hanya Sulaiman saja,
kata “Su” sendiri sering disandingkan oleh nama bagi orang Jawa, contohnya
Suharto, Sukarno, Susilo dan lain-lain.
Kurang lebih itulah alasannya, mengapa KH Fahmi Basya
“mengkalim”, bahwa candi Borobudur adalah peninggalan dari Nabi Sulaiman, yang berhasil
menguasai negeri Saba dan Nabi Sulaiman As adalah orang asli Jawa. Namun teori
Fahmi ini menjadi banyak penolakan dari beberapa orang dikarenakan, runtutan
histirois yang diajukan oleh Fahmi sangat “kacau”, sebab menurut hasil
penelitian dari ahli arkeologis, bahan material candi ini berasal dari abad
ke-9 Masehi, sedangkan Nabi Sulaiman As sendiri hidup pada Sebelum Masehi (
abad ke-9 SM), sangat jelas selisih dari temporalnya sangat jauh
.
Namun kita dapat kembali bertanya kembali, apakah memang
benar, hasil penelitian dari ahli Arkeologis sangat tidak akurat? Sedangkan
mereka (Arkeolog) mempunyai cara sendiri untuk menghitung suatu benda dengan
cara tes karbon, apakah tes tersebut salah dan tidak akurat? Atau kita pula dapat mengsangsikan apakah
benar patung Buddha yang berada di Borobudur adalah sosok dari Nabi Sulaiman
As? Apabila benar itu adalah sosok Sulaiman, bearti bisa jadi seluruh patung
Buddha yang berada di India dan belahan dunia adalah patung Sulaiman, sebab
arca Buddha di Borobudur bentuknya sangat identik dengan patung Buddha yang ada
diseluruh wilayah yang menganut agama Buddha. Serta apakah benar, gambar kotak
yang berada di Borobudur itu adalah “Tabut” atau itu hanyalah gambar wajar yang
menggambarkan peti kerajaan pada umumnya? Sebab, seluruh kerajaan di Indonesia
pasti mempunyai kotak (tempat) untuk menyimpan barang-barang berharga.
Terlepas dari dua teori tersebut, Borobudur memang masih
menjadi bangunan yang masih dengan kemisteriusannya, sulit kita menemukan
jawaban secara pasti, sebab dua teori ini mempunyai bukti-bukti yang sama-sama
kuat, tetapi juga mempunyai beberapa kekurangan. Pastinya hanya Allah Yang Maha
Kuasa yang tahu semuanya, tetapi alangkah baiknya kita dapat menyibak kabut
misteri ini, supaya generasi mendatang dapat mengetahui sebenarnya apa yang
terjadi di Borobudur. Untuk masalah penelitian Borobudur sendiri, sebaiknya
kita dan seluruh elemen yang memang ahli mencoba mengkaji ulang, hal ini sangat
penting karena apabila dibiarkan seperti ini, sangat mungkin nantinya justru
menimbulkan kegamangan disetiap generasi untuk bersikap.
Akhir kata, sesungguhnya penulis tidak berupaya untuk
menjelek-jelekan teori manapun, sebab semua teori ini adalah ilmu, sebaiknya
kita dapat menghormati teori-teori yang berkembang ini, ini adalah hal yang
sangat baik untuk ilmu pengetahuan. Namun kita pula pun jangan lantas hanya
melakukan “pembiaran” atas semua teori, justru kita dapat mengkaji secara
hati-hati supaya kita dapat menyimpulkan dengan baik diakhirnya. Semoga
kontroversi yang tajam ini menjadi bahan referensi kita untuk menyikapi setiap
hal dengan fikiran yang jernih, dan terlepas siapakah yang membuat candi ini,
yang pasti kita dapat melihat bagaimana nenek moyang kita dahulu ternyata
merupakan manusia yang mempunyai tingkat kecedasan yang luar biasa. Kita patut
mengapresiasikan kehebatan itu dengan semakin mencintai Indonesia. (Oktav
Primas Aditia)