|
Pulau Tidung |
|
Saya Dengan Latar Belakang Pulau Tidung (besar) |
|
Memandang Pulau Tidung Kecil diatas Jembatan Cinta |
Ini adalah pengalaman perjalanan pertama saya keluar dari Pulau Jawa. Pada awalnya saya termasuk orang yang takut akan menggunkan perahu (sejak kecil), cuma mulai pada saat ini saya berhasil melawan rasa takut ini demi mencari ketenangan jiwa dan fikiran. Ya walaupun hanya jarak dekat, saya sudah cukup berhasil melawan rasa takut itu.
Semua berawal dari ajakan sahabat saya, kebetulan dia mengambil cuti dan mengajak saya liburan kesebuah pantai yang saya kira membosankan. Semua dugaan itu salah setelah saya sudah menginjakan kaki kepulau tersebut. Subhanallah indah dan tentramnya pulau tersebut.
Kami bertiga melakukan perjalanan dimulai pada tanggal 24 November 2010 dan berangkat dari dermaga 22 Ancol Jakarta pukul 08.00 WIB menggunakan speed boad. Perjalanan kami memakan waktu sekitar sejam untuk mencapai pulau yang kami tuju. Dalam perjalanan menuju lokasi, perahu kami sempat bersandar dibeberapa pulau, salah satunya pulau yang bernama Pulau Untung Jawa. Angin yang tidak terlalu kencang dan cuaca yang sangat cerah membuat perairan laut tersebut menjadi sangat indah, biru dan hijau itulah warna laut yang kita saksikan pada saat kita berada dalam kapal ini.
|
Polsek Kep. Seribu Selatan |
Tidak terasa ternyata kami sudah bersandar didermaga pulau yang kami tuju, pulau tersebut bernama Pulau Tidung yang berada diwilayah selatan Kepulauan Seribu. Karena waktu sudah menunjukan pukul 09.15, kita akhirnya makna siang untuk mengisi tenaga kami kembali, warung tersebut tepat sekali berada didepan pintu dermaga. Setelah makan siang kami langsung menuju tempat untuk menginap kami, temapat itu adalah Polsek Kepulauan Seribu Selatan. Alhamdulillah kapolsek mengijinkan kami tuk bermalam disana sehingga kami dapat beristirahat selama kita di Pulau Tidung.
Satu perkataan saya pada saat sampai ditempat ini, takjub. Subhanallah keindahan alam yang disajikannya, maha besar karya Sang Pencipta. Pasirnya putih dan landai pantainya, air lautnya pun sangat tenang ditambah anginnya yang sepoi-sepoi. Dalam pandangan kita hanya melihat pohon bakau yang hijau dan warna biru pada laut dan langitnya.
Hari pertama kami isi dengan memancing dan berenang mulai dari siang hari hingga pukul 19.00. Barulah pada hari kedua kami mulai menyusuri Pulau Tidung Kecil, karena pemandangan disana tidak kalah eksotiknya dengan Pulau Tidung (besar). Mungkin saya mencoba menceritakan tentang selayang pandang Pulau Tidung ini.
Pulau Tidung
|
Ikan Hasil Memancingdan Siap Dinikmati |
Nama pulau ini diambil dari kata "lindung", karena dalam sejarahnya tempat ini merupakan tempat berlindungnya para kesatria kita dari kejaran bangsa Belanda (VOC) dan Portugis pada sekitar abad ke-19. Para kesatria tersebut memilih pulau ini karena dari kejauhan, pulau ini hanya seperti pulau karang saja yang tidak berpenghuni.
Bentuk Pulau Tidung ini memanjang dengan taksiran sekitar kurang lebih 3Km. Awalanya Pulau Tidung ini hanya satu, tetapi akhirnya akibatnya permukaan laut semakin meninggi membuat pulau ini terbagi menjadi dua, oleh karena itu munculah Pulau Tidung Kecil. Antara Pulau Tidung (besar) dengan Pulau Tidung Kecil dihubungkan dengan jembatan yang terbuat dari semen (pondasi) dan kayu (pijakannya).
Pulau Tidung Kecil
|
Memasak di Pulau Tidung Kecil |
Pulau ini tidak kalah menariknya dengan Pulau Tidung (besar), pulau ini menyajikan pemandangan yang sangat indah. Pulau kecil yang hanya sepanjang kurang lebih 1 Km ini lebih hijau,sebab didalam pulau ini banyak sekali ditanami dengan pepohonan, mulai dari pohon kelapa, pisang hingga bakau dan penghuni pulau ini juga dapat dihitung dengan jari.
Didalam pulau kecil ini terdapat tiga makam yang terletak diujung pulau bagian selatan. Salah satu makam tersebut adalah makam Panglima Hitam.
Panglima Hitam
Menurut kepercayaan masyarakat lokal, beliau adalah orang yang pertama kali mendiami pulau Tidung (hanya belum jelas saat ini kapankah beliau lahir atau sampai dipulau yang indah ini). Penemuan makam ini pun berawal dari mimpinya seseorang masyarakat setempat (mungkin inilah mengapa diberikan nama Panglima Hitam). Setelah makam ini ditemukan, maka dipugarlah makam tersebut dan dirawat hingga saat ini, selain itu makam ini dikeramatkan. Mungkin inilah cara masyarakat setempat menghormati jasa Panglima Hitam.
Ada yang berpendapat, Panglima Hitam ini sebenarnya adalah bukan orang asli Indonesia, melainkan orang Malaysia.
Jembatan Cinta
|
Jembatan Cinta dan Pulau Tidung Kecil |
Jembatan ini dibuat sekitar tahun 2000-an dan menjadi penghubung antara Pulau Tidung (besar) dengan Pulau Tidung kecil. Panjang jembatan ini berkisar kurang lebih 1 Km. Ini adalah tempat yang cukup indah untuk melihat kondisi alam sekitar pulau, kita dapat menikmati hijaunya pulau dan birunya lautan hanya memang anginnya cukup besar akibat tidak ada penghalang angin sama sekali. Akibat keindahannya sering sekali orang memadu kasih diatas jembatan ini sehingga diberi julukan Jembatan Cinta.
|
Bergaya Diatas Jembatan Cinta |
Mungkin inilah sepenggal dari cerita pengalaman saya yang dapat saya tuangkan, sebenarnya keindahan pulau ini masih sangat indah dari pada tulisan ini. Ini sungguh pengalaman terindah dalam kehidupan saya.
Ucapan Terimakasih Kepada
Yoby yang mengajak saya berkelana kepulau yang indah ini
Liberty yang juga ikut serta dalam perjalanan ini
Kapolsek Kepulauan Seribu Selatan yang mengijinkan kami untuk menginap dipolsek
|
Yoby, Oktav, Liberti |
Bapak-bapak Polisi Polsek Kepulauan Seribu Selatan yang menyambut kami dengan sangat hangat dan ramah sekali
serta warga Pulau Tidung yang juga menyambut kami dengan keramahannya
semoga dilain waktu kita dapat bertemu lagi