Senin, 15 November 2010

BAHTERAKU YANG LUSUH

Ku masih ingat betul pada saat kau bukakan pelabuhan mu tuk menerima bahteraku. Betapa bahagianya mendapatakan keramahan indah janjimu, seakan ku terlena dengan angin pantai yang manja. Kau rawat bahteraku, ku jaga pelabuhanmu. Tak jarang angin badai, ombak besar menerjang kejam ke bahteraku dan pelabuhanmu. Itulah janji kita.

Tak disangka, saat badai terakhir menerjang kembali dan bahteraku rusak. Kau palingkan mata mu ke bahtera lain yang sedang menuju ke pelabuhanmu. Elok memang bahtera baru itu, hingga kau hiraukan bahtera ku yang dahulu kau rawat, entah mungkin sudah terlanjur buruk kondisi bahteraku ini. Saat bahtera lain semakin mendekat dari pelabuhanmu, ku terus menjaga walau ku hanya berdiri diatas bahteraku yang rapuh. Bahteraku yang sudah lusuh dan lunglai dihajar meriam dari bahtera pendatang baru itu, mencoba mengusirku dari pelabuhanmu.

Saat gempuran bertubi-tubi kearah bahtera ku, kau berlari secepat kilat menuju bahteraku. Ku kira kau lantas memperbaikinya, tapi yang terjadi kau leparkan aku jatuh kelautan yang dingin, jauh... jauh ku tenggelam, tak hanya itu, kau rusak bahteraku dan menyingkirkan tuk menjauh dari dermaga mu supaya bahtera baru pun dapat merapat kedermagamu.

Kejam sungguh, kau dustai perjanjian kita, kau khianati aku pada saat ku mempertahankan dermagamu walaupun hanya mengandalkan bahteraku yang sudah lusuh. Akhirnya kau singkirkan bahteraku yang telah lusuh dari dermagamu demi bahtera lain yang lebih indah tuk merapat ke dermagamu itu.
Saat ini ku berjuang keatas permukaan laut yang dalam dan dingin serta berenang menuju ke bahteraku yang sudah kau buang dan kau koyak. Ku hanya melihat bahtera baru itu semakin merapat dan kau semakin pula melapangkan tangan mu sebagai sambutan hangat tuk nahkoda baru itu yang baru saja memenangkan pertempuran yang tak sebanding ini, ku lihat itu dari jauh... semakin jauh... dan mungkin sangat jauh.

Sedih ku saksikan peristiwa itu, kau sambut aku hangat seperti kau sambut dia sekarang, tetapi saat ini kau buang aku ditengah-tengah ku menjaga dermagaku, sungguh tak ku sangka. Hanya keindahan dustamu dan kejammu yang kudapatkan. Tapi apalah daya, kau telah mengusirku dan menjatuhkanku dihadapan dia hingga dia tertawa senang atas kemenangan itu semua, sebagai ksatria, ku harus rela dengan bahteraku yang lusuh ini terombang ambing diluasnya samudra yang sunyi dan dingin ini. Ku hanya mensyukuri akan indahnya dermagamu itu, walau sebentar namun sangat kurasa indah yang teramat indah. Semoga saja dermagamu itu tetap selalu indah dan bersahaja, walau pernah kucium wanginya bunga dusta didermaga itu, ku harap bunga itu punah sehingga keindahan dermagamu benar indah apa adanya.
Terimakasih sang penjaga dermaga, kau pernah mengijinkan ku tuk bersanding disana.
Menjadi suatu penghormatan bagiku sendiri atas kebaikan yang pernah kau berikan kepadaku.
Ku tak akan pernah lupa akan peristiwa itu semua, mulai saat ku merapat hingga kau lempar aku kelautan bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keberhasilan dirasakan sebagai amat manis dan indah, bagi mereka yang belum berhasil.

(Mario Teguh)

Followers