Jumat, 03 Desember 2010

Resume Buku REORIENTASI PENDIDIKAN ISLAM

REORIENTASI PENDIDIKAN ISLAM
Mengurai Relevansi Konsep al-Ghazali dalam Konteks Kekinian




“Al-Ghazali memang tidak pernah kering untuk ditulis. Pemikirannya masih memerlukan upaya eksplorasi yang panjang dan mendalam oleh manusia sesudahnya “ 

     Kutipan diatas dapat menjadi ringkasan dasar pemikiran saya untuk memilih buku tersebut untuk dibaca dan diresume. Karena menurut saya, Al-Ghazali memang mempengaruhi system pendidikan agama Islam didunia bahkan di Indonesia. Beberapa buah fikir beliau selalu digunakan untuk dasar pendidikan agama Islam, padahal pemikiran tersebut sudah sangat cukup lama tetapi dalam masyarakat pendidikan agama Islam pemikiran tersebut masih dapat relevan untuk sepanjang masa.
     Dalam bab pertama buku ini menjelaskan dan menggambarkan kondisi negara-negara yang mayoritas beragama Islam. Dibab pertama, seakan-akan bertanya apa sebenarnya yang mengakibatkan susah berkembangnya negara yang berkembang? Maksud disini adalah negara yang notabene merupakan negara bermayoritas masyarakat muslim. Jawabannya tersebut langsung terjawab, keterbelakangan ekonomi akibat rendahnya tingkat kualitas pendidikannya. Dewasa ini arus kapitalis-liberal yang diusung dari barat seakan-akan menjadi referensi yang cocok untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan sehingga negara yang berkembang itu dapat berkembang dan sukses. Akibat dari referensi itu akhirnya banyak negara-negara berkembang meletakan dasar pemikirannya untuk mengejar kebendaan semata. Disinilah peran dari pendidikan Agama Islam dapat memainkan peran untuk penyeimbang antara kepentingan dunia dan akhirat.
     Sebelum melihat bagaimanakah konsep pendidikan agama menurut Al-Ghazali, mungkin kita melihat dahulu latar belakang dan sejarah singkat hidupnya beliau. Al-Ghazali merupakan orang beruntung, seperti biasanya tokoh-tokoh pemikir dan filsuf lainnya, beliau mempunyai latar belakang ekonomi yang cukup makmur. Inilah yang mengakibatkan Al-Ghazali dapat merasakan nikamatnya suatu ilmu. Sejak kecil beliau memang seorang laki-laki yang menyukai akan ilmu pengetahuan dan kritis dalam berfikir sehingga wajar dia menjadi seorang yang selalu menjadi panutan dalam mencari sikap terlebih dalam dunia pendidikan Islam. Sejak masa mudanya dia sudah berkelana kebeberapa daerah untuk mencari ilmu pengetahuan bahkan hal ini sudah terlihat pada dia usianya di dua puluhan. Diatas kita telah melihat sekilas sejarah singkat dari Al-Ghazali maka kita dapat memahami bahwa dia memang seorang yang senang berpetulang didunia intelektual. Dengan ilmu yang dia miliki, Al-Ghazali berhasil memetakan empat golongan besar Islam yang saling kontradiktif. Keempat golangan tersebut ia dalami demi untuk mencari kebenaran. Dalam petualangan intelektualnya dia sempat bertemu dengan orang-orang dari masing-masing golongan ilmu tersebut demi mencari satu kebenaran, tetapi dalam perjalanan untuk mencari kebenaran, Al-Ghazali pernah mengalami masa krisis dan akhirnya dia memberi kesimpulan bahwa dari empat golongan tersebut sebenarnya dalam rangka untuk mencapai kebenaran juga. Itulah mengapa Al-Ghazali sering dikatakan pemikir yang mempunyai multi-ilmu dalam memahami pengetahuan atau ilmu keagamaan.
     Dengan pertualangan ilmunya, Al-Ghazali mempunyai pendapat akan suatu ‘pendidikan’. Pendidikan menurutnya sangat penting bagi manusia (umat Islam) sebab ilmu bukan hanya merupakan untuk mencari fakta akan suatu pembenaran saja melainkan untuk upaya kita untuk mendekatkan manusia dengan Allah. Pendidikan dan filsafat baginya merupakan suatu kaitan yang tidak dapat dipisahkan, pendidikan adalah suatu proses dan filsafat adalah untuk pencarian jalan dan makna sehingga dengan ilmu manusia tidak hanya sukses dalam dunia tetapi demi meraih kesuksesan diakhirat juga. Inilah yang seharusnya tujuan dari pendidikan Agama Islam. Untuk bahagia dunia dan akhirat. Setelah melihat pondasi berfikir dari Al-Ghazali dalam memahami hakikat pendidikan kita dapat melihat dan menjawab, mengapa pendidikan modern dimasyarakat yang mempunyai mayoritas pemeluk agama Islam dirasa gagal? Karena baginya, pendidikan dimasa modern tersebut tidak mempunyai hirarki ilmu, tidak mempunyai tingkatan yang jelas seperti system pendidikan tradisional. Kegagalan itu dikarenakan ada ketidak jelasan kurikulum dipendidikan modern. Al-Ghazali menemukan relevansi tentang klasifikasi ilmu dalam konteks rekonstruksi pendidikan Islam. Ada empat katagori klasifikasi yang majemuk dalam ilmu pengetahuan, yaitu ilmu religi dan nalar atas ilmu akhirat dan dunia, klasifikasi ilmu teoritis dan praktis, lalu klasifikasi ilmu pengetahuan yang dihadirkan dan yang diperbolehkan, selanjutnya pembagian ilmu wajib atas individu ummat Islam dan ilmu wajib ats komunitas ummat Islam.
     Konsep ilmu pengetahuan sudah sedikit dibahas diatas, dalam pendidikan, ada yang bernama pendidik. Pendidik ini kedudukannya sangat penting dalam mendidik yang dididik. Al-Ghazali memberikan juga perhatian untuk pendidik, dia memberikan penghormatan yang tinggi untuk seorang pendidik karena pendidik memrupakan tugas yang utama dan sangat mulia dengan didasarkan ayat Al-Quran untuk memperkuat argumentasinya. Beliau juga memberikan peryaratan ketat untuk seorang pendidik (idealnya) syarat itu adalah pendidik harus memiliki rasa kasih sayang terhadap anak didiknya, tidak boleh melakukan komersialisasi dunia pendidikan, harus sanggup memberikan nasihat, mampu mengarahkan kearah yang positif, meningkatkan daya nalar dan intelektual, menumbuhkan gairah ilmu, mampu membuat klasifikasi kelompok usia untuk anak didiknya agar mampu mengerti kebutuhan anak didik. Tetapi Al-Ghazali juga sadar bahwa secanggih apapun metode pengajarannya apabila anak didiknya tidak terkondisikan yang baik maka maksud dari pendidikan akan mengalami kegagalan. Semua ini dia fikirkan atas dasar pengalamannya dalam ‘pengembaraannya’ didunia pendidikan.
     Akhirnya kita dapat memberikan kesimpulan bahwa dunia pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam perkembangan peradaban manusia. Diatas kita dapat mengambil garis merah dari apa tujuan akhir dari suatu pendidikan, tujuan pendidikan itu adalah memperbaiki moral manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tujuan ini pulalah yang menjadi sasaran akhir pendidikan Agama Islam, karena sekali lagi Agama Islam merupakan sebagai penyeimbang pendidikan yang bersifat duniawi saja. Tetapi apabila kita telisik lagi, Al-Ghazali mempunyai pemikiran yang idealis seperti perlunya pendidik yang berkualifikasi ideal, dan yang terjadi dialam sosio-kultur yang berkembang dimasa dewasa ini tidak akan mungkin mendapatkan guru yang seideal itu sebagaimana yang ditawarkan oleh Al-Ghazali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keberhasilan dirasakan sebagai amat manis dan indah, bagi mereka yang belum berhasil.

(Mario Teguh)

Followers